Selasa, 10 September 2013

biodata

BIODATA
Nama lengkap jujun junaedi. Ia lahir pada tanggal 23-06-1410 H/ tanggal 20 januari, 1990 M Garut. Orang tua pegawai wirasuasta. Penulis di besarkan di Garut menempuh pendidikan SD pada tahun  1997-2003 di SD LINGGAMANIK IV GARUT, SMP pada tahun 2003-2006 di SMP MUHAMMAIYAH PMPK GARUT. Setlah menempuh pendidikan SMP penulis sempat berhenti setahun di karenakan penulis di dalam segi ekonomi yang kurang, selama berhenti penulis membantu orangtua bertani,  setelah berhenti setahun penulis memaksakan diri untuk melanjutkan lagi, SMA/MA pada tahun 2007-2010 di PPI 19 BENTAR GARUT (PERSIS) selama penulis di MA aktif di organisasi SY (subhanul yaum) istilah lain yaitu pramuka selama itu penulis menjadei bendahara. Dan pada akhir sekolh ada kegiatan UPKJ (ujian peraktk kerja lapangan) selama 2 minggu yang bertempat di DS ciudian kec. Singajaya Garut penulis menjadi bendahara lagi. Setelah lulus MA penulis berniat untuk bekerja dulu sebelum melanjutkan kuliah, hingga akhirnya penulis bekerja di salahsatu perusahaan terbesar di asia pada perusahaan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Perawang, Pekanbaru RIAU. Selama enam bulan, lalu penulis memundurkan diri dan bekerja lagi di pabrik Kerupuk selama tiga bulan di Perawang Pekanbaaru RIAU. Selama penulis bekerja hasilnya di tabung untuk melanjutkan kuliah, setelah terkumpul penulis memutuskan diri untuk kuliah dan pergi dari Pekabaru ke Bandung dengan seorang diri, tanpa di antar sama orang tua untuk kulah di Bandung, berkat keyakinan penulis hingga akhirnya Allhamdulilah penulis di terima di Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2011,di Jurusan KPI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi- Sekarang. Penulis selama kuliah aktif di organisasi HMI (Himpunan mahasiswa Islam) sebagai anggota, dan di BEM J  UIN menjadi koordinator kewirausaahaan.  dan juga penulis aktif di masyarakat mengurus mesjid dan mengajar ngaji di Bumi Panyilekan Cibiru Bandung pada tahun 2012-2013.
SEJARAH ISLAM DI LINGKUNGAN KELAHIRAN JUJUN JUNAEDI
Tempat lahir saya tepatnya di Cikelet dimana di Cikelet itu ada suatu perkampunan yang disebut rumah adat yang berada di kampung dukuh, disana hanya empatpuluh rumah dan di lingkari dengan pager-pager dari kayu brtujuan untuk pembeda dari kampung-kampung lainya, dimana di kampung adat ini perabotan rumah tangganya serba tradisional, banyak orang mengatakan bahwa di kampung adat ini banyak makam-makam para wali, dan di jadikan tempat jarah, di kampung adat ini ada kubu/peminpinya untuk melaksanakan jarah, disana kalau sesorang ingin melaksanakan jarah ada syarat tertentu yaitu harus menggunakan baju serba putih, kenapa seperti itu karaena baju putih melambangkan ksesucian.

Rabu, 04 September 2013

Retorika Moderen

Retorika Modern


BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang Masalah
Berbicara di depan umum misalnya pidato terkadang sering membuat pendengarnya mengantuk dan bosan. Hal tersebut disebabkan karena sang orator kurang memahami teknik-teknik pidato dengan baik. Padahal dengan berpidato kita menyampaikan gagasan kita, memberikan informasi terhadap orang banyak atau bahkan untuk memengaruhi orang lain. Sangat disayangkan jika isi pidato sangat berbobot dan berguna tetapi  kurang didengar oleh pendengarnya karena cara berpidatonya yang membosankan, kurang menarik dan membuat orang mengantuk.
Anggapan bahwa menjadi seorang orator yang berhasil itu sulit harus segera dipatahkan. Karena dengan anggapan seperti itu akan mematahkan semangat atau kemauan untuk terus belajar berpidato pada setiap orang yang sebenarnya mempunyai bakat menjadi seorang orator yang handal.
Permasalahan tersebut memang dapat dipecahkan. Salah satunya dengan bimbingan sebuah buku yang mampu menjadikan kegiatan berpidato menarik untuk didengar dan memberi petunjuk-petunjuk atau teknik-tenik menyusun teks pidato dan berpidato itu sendiri secara praktis. Buku tersebut berjudul Retorika Modern: Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat bisa menjadi salah satu solusinya.
Buku Retorika Modern: Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat ini terbilang buku dengan jumlah cetakan yang cukup banyak yakni sampai tahun 2011 sudah dicetak sebanyak 15 kali cetakan yang diterbitkan oleh PT Remaja Kosdakarya. Tebal buku ini sebanyak 140 halaman.
Buku Retorika Modern: Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat ini terdiri dari 7 bab. Bahan yang dibahas dalam buku ini diantaranya tahap persiapan pidato, tahap penyusunan pidato, tahap penyampaian pidato, pidato informative, pidato persuasive, dan pidato rekreatif. Buku ini mengarah pada cara praktis membuat teks pidato dengan baik, cara-cara berpidato yang baik dan menarik bagi pendengarnya.
B.           Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa isi buku Retorika Modern: Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat?
2.      Apa saja keunggulan buku tersebut disbanding buku sejenis yang lain?
3.      Apa saja kelemahan buku tersebut disbanding buku sejenis yang lain?
C.          Tujuan
Tujan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan buku ini adalah untuk mengetahui dan mendeskrisikan:
1.      Isi buku Retorika Modern: Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat;
2.      Keunggulan buku tersebut disbanding buku sejenis yang lain;
3.      kelemahan buku tersebut disbanding buku sejenis yang lain.
D.          Kegunaan
Laporan buku ini diharapkan mempu memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan laporan buku ini menambah khazanah teoretis tentang berpidato. Secara praktis diharapkan laporan buku ini menambah pengetahuan, wawasan, dan keilmuan bagi penulis maupun bgai pembaca.
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU DAN PEMBAHASAN
A.          Ringkasan Isi Buku
Buku berjudul Retorika Modern: Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat penulis berupaya memberikan petunjuk-petunjuk praktis dalam retorika: persiapan, penyusunan, dan penyampaian pidato, lengkap dengan bahasan khusus mengenai pidato informatif, persuasif, dan rekreatif.
Bab pertama dari buku ini memaparkan tentang sejarah perkembangan retorika itu sendiri dimulai dari Retorika Zaman Romawi, Retorika Abad Pertengahan dan Retorika Modern.
Retorika Zaman Romawi bermula sebuah makalah retorika dari Corax yang diberi nama Techne Logon (seni kata-kata) yang dibuatnya untuk membantu orang memenangkan haknya. Para peneliti menyebutkan bahwa makalah tersebut berbicara tentang “teknik kemungkinan”.
Corax juga menciptakan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argument, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Kemudian, dari sinilah para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato.
Yang menjadi acuan sekaligus pelopor Retorika Abad Pertengahan adalah St. Agustinus yang menjelaskan dalam On Christian Doctrine (426) para pengkhotbah harus angggup mengajar, menggembirakan dan menggerrakkan. Dan yang menjadi acuan sekaligus pelopor Retorika Abad Pertengahan lainnya adalah Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan firman Allah SWT, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaarn yang menyentuk jiwa mereka” (Al-qur’an 4:63). Nabi Muhammad SAW juga bersabdah, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”.
Kemudian pada Retorika Modern, tokoh-tokohnya seperi James A Winans, Charles Henry Woolbert, William Noorwood Brigance, Alan H Monroe.
Pada bab kedua penulis mulai mengenalkan jenis-jenis pidato. Jenis pidato yang dijelaskan dalam buku ini adalah pidato impromptu dan ekstempore. Kedua jenis puisi memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya.
Kemudian dalam memilih topik dan tujuan pidato, penulis dalam bukunya member bimbingan untuk memilih criteria topic yang baik, agar para pendengar pun merasa tertarik untuk mendengar pidato yang kita bawakan. Kriteri topic yang baik diantaraya:
1.      Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda.
2.      Topik harus menarik minat anda.
3.      Topik harus menarik minat pendengar.
4.      Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar.
5.      Topik harus terag ruang-lingkup dan pembahasannya.
6.      Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi.
7.      Topik harus dapat ditunjang dengan bahasa lain.
Setelah kita memahami jenis pidato dan cara memilih topik pidato yang benar dalam buku ini penulis mengharapkan pembaca dapat mulai masuk pada tahap cara membuka dan menutup pidato. Menurut penulis cara-cara membuka pidato dan berapa banyak waktu yang dibutuhkan aat berrgantung kepada topic, tujuan, situasi, khalayak, dan hubungan antara komunikator dengan komunikan. Penulis juga memberikan pilihan cara membuka pidato dengan cara-cara di bawah ini.
1.      Langsung menyebutkan pokok persoalan.
2.      Melukiskan latar-belakang masalah.
3.      Menghubungkan dengan cerita mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khlayak.
4.      Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
5.      Menghubungkan dengan tempat kamunikator berpidato.
6.      Menghubungakan dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak.
7.      Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu.
8.      Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
9.      Dll.
Disamping itu, cara menutup pidato menurut penulis adalah bagian-bagian yang paling menentukan. Karena menurut penulis penutupan pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. Penutup pidato yang baik menurut penulis adalah.
1.      Menyimpulkan atau mengumpulkan ikhtisar pembicaraan.
2.      Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
3.      Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action).
4.      Mengakhiri dengan klimaks.
5.      Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli.
6.      Mencerikatakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan.
7.      Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara.
8.      Memuji dan menghargai khalayak.
9.      Membuat pertanyaan yang humoris atau anekdot lucu.
Penulis juga menyampaikan prinsip-prinsip menyampaikan pidato pada buku tersebut. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Kontak
Penulis menyebutkan bahwa pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan, ia harus “mendengarkan” pesan-pesan yang disampaikan para pendengarnya (baik berupa kata-kata tau bukan kata-kata).
2.      Karakteristik olah vokal
Penulis mengatakan pidato, seperti teater, sangat bergantung pada acting. Salah satu unsur acting adalah olah vocal. Dalam buku ini ada toga hal yang harus diperhatikan dalam olah vocal: kejelasan, keragaman, dan ritma.
3.      Olah visual
Menurut penulis, gerak-gerak tubuha anada dalam berpidato akan melibatkan pendengarnya untuk bergerak juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda rasakan. Bagi komunikator, gerak fisik dapat menyalurkan energy tambah dalam tubuhnya. Dengan demikian, ia mengurangggi kecemasan komunikator dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kemudian, dalam buku Retorika Modern ini penulis juga menjelaskan tentang pidato informatif, pidato persuasif, dan pidato persuasif.
Pidato informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi. Menurut penulis, apa pun jenisnya, pidato informative merupakan upaya untuk menanamkan pnengertian. Karena itu, secara keseluruh pidato informative harus jelas, logis, dan sistematis.
Kemudian pidato persuasif. Contoh pidato persuasive adalah menceritakan kembali peristiwa yang sebenaranya tidak aneh tetapi menggunakan sudut persuasif, tetapi nyata. Dalam pembahasan tentang pidato persuasive ini, penulis juga memberikan cara bagaimana memangani berbagai jenis khalyak.
Pidato rekretif menurut Alan H. Monroe “the speech to entertain”, pidato untuk menghibur. Penulis mengatakan bahwa jenis pidato ini tidak untuk menyampaikan informasi, tidak pula untuk memengaruhi. Tujuannya hanya untuk mengembirakan, melepaskan ketegangan, menggairahkan suasana, atau sekedar memberikan selingan yang enak setelah rangkaian acara yang melelahkan. Pidato rekreatif tidak selalu harus melucu. Anda dapat menceritakan pengalaman yang luar biasa, eksotik, aneh tetapi nyata, juga aneh tetapi tidak nyata.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan uraian singkat isi buku pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1.      Ada beberapa kriteria topik berpidato yang baik seperti, topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda, topik harus menarik minat anda, topik harus menarik minat pendengar, topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar, dll.
2.      Kemudian cara membuka pidato yang baik dengan cara langsung menyebutkan pokok persoalan, melukiskan latar-belakang masalah, menghubungkan dengan cerita mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khlayak, menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati, menghubungkan dengan tempat kamunikator berpidato, dll.
3.      Penutup pidato yang baik bisa dengan cara-cara seperti, menyimpulkan atau mengumpulkan ikhtisar pembicaraan, menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda, mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action), mengakhiri dengan klimaks, mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli, dll.
4.      Prinsip-prinsip menyampaikan pidato adanya kontak, olah vocal dan olah visual.
5.      Ada beberapa jenis pidato diantaranya, pidato informasif, pidato persuasif, dan pidato rekreatif.
B.     Saran
1.      Buku ini sangat cocok bagi pembaca yang ingin dengan cepat menguasai teknik berpidato atau retorika modern.
2.      Buku ini cocok untuk dibaca pelajar mulai dari sekolah menengah pertama sampai perguruan tinggi dan umum.
   
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.